Kamis, 18 Mei 2017

RUMAH BAPA



RINDUAN PULANG KERUMA BAPA
Ada sebuah budaya di Indonesia ketika libur lebaran dating yaitu Mudik. Libur lebaran biasanya bagi kebanyakan orang Indonesia adalah peristiwa yang dinanti-nantikan. Rela sempit-sempitan, rela bayar 2 sampai 3 kali lipat tiket, rela tukar uang baru walaupun kena cas.
            Kenapa? Satu alas an mereka rindu pulang kerumah, mereka rindu pulang kekampung halaman mereka. Bukankah kita juga disini banyak yang anak rantau. Sewaktu kita sudah disini, biasanya kita kepikiran kampong halaman, oh..seandainya saya ada dikampung halaman pasti berbeda suasananya. Disini susanya setengah mati, kalau dikampung halaman kita pasti lebih terjaminlah disana.
            Di dalam iman Kristen, kita sebetulnya memahami hal yang mirip-mirip dengan itu, kita tahu dan sadar bertul bahwa rumah kita bukan disini. Disini kita hanya numpan lewat saja, singgah untuk sementara waktu.
Saya ingat cerita tentang turis yang bertamu kerumah seorang terkenal bijak. Turis itu bingung, karena rumah orang bijak itu tidak ada apap-apa didalamnya. “Loh, kemana barang-barangmu pak?” Orang bijak itupun bertanya kepada turis itu, “Kamu sendiri mana barang-banrangmu?, Kata turis itu “Ah sayakan Cuma mampir sebentar pak”, Saya juga begitu, kata orang bijak itu.
Coba kita dengar apa yang Tuhan katakana tentang rumah kita yang sebenarnya:  Yohanes 14:1-4
Frasa ini tentu berbicara tentang kematian seorang percaya secara fisik dan rohnya kembali kepada Bapa dengan tubuh kemuliaan Surgawi. Mungkin tak banyak dari antara kita yang senang berpikir tentang kematian, sebab berbicara kematian ini membawa pengertian kepada setiap orang tentang keadaan yang menyedihkan atau mengerikan, bahkan sebagian orang tidak mau dan takut untuk membicarakan kematian sebab hal ini akan selalu membawa dukacita.
Secara alami orang takut akan hal yang mereka tidak diketahui. Ada orang yang tidak pernah peduli atau masa bodoh dengan kematian. Sebab mereka beranggapan bahwa kematian itu urusan nanti. Sehingga orang-orang yang memiliki pengertian demikian, mereka tidak akan pernah menghargai hidup atau hidup seenaknya dan semaunya sendiri. Rasul Paulus berkata: 2 Kor.5:9-10. Ketika kita berpikir tentang Surga atau kekekalan maka kita akan mempergunakan hidup kita dengan baik agar berkenan kepada Tuhan sehingga kita beroleh pahala dalam kekekalan. Rasul Paulus sesungguhnya adalah orang yang sudah merindukan untuk pulang ke Surga ketika masih hidup. Tetapi berhubung Paulus masih dipercayakan Tuhan untuk melayani jemaat di Filipi maka Paulus ditambahkan umurnya (Flp.1:23-24).
Pengertian dalam Alkitab, kematian adalah awal dari sebuah kehidupan dengan disertai tubuh yang diperbaharui atau tubuh kemuliaan bukan tubuh yang lain (1 Kor.15:42-44). Mengapa kita harus memiliki kerinduan untuk pulang ke Surga?
1. Rumah kita bukan di dunia tetapi di Surga (ayat 2). Setiap kita harus menyadari bahwa tempat hidup kita bukan di dunia ini tetapi di Surga (Yoh. 14:2). Karena dosalah yang menjadikan umat manusia tinggal di dunia yang penuh penderitaan, tetapi Bapa dengan kasih-Nya melalui pengorbanan Yesus dikayu salib untuk pemulihan hidup umat-Nya agar kembali ke tempat di mana Bapa tinggal. (2 Kor.5:1) Jadi janganlah hidup kita hanya terfokus kepada dunia ini tetapi arahkanlah pandangan mata kita kepada perkara yang diatas di atas. Berkat yang dijanjikan Tuhan kepada kita bukan bertujuan supaya kita bahagia, aman di dunia,  tetapi berkat itu hanya sebagai fasilitas selama kita hidup menumpang di dunia LB3 (Mat.6:21).
Mengapa sebagian besar anak muda tidak pernah berpikir dan tertarik tentang Surga? Kalau mereka beribadah,itu hanya sekedar senang dengan suasana di gereja saja. Mengapa sebagian besar anak muda tidak pernah berfikir dan tertarik tentang surga, hal ini karena urusan Surga akan menuntut kesenangan duniawi mereka yang harus dikorbankan dan mulai serius dengan Tuhan. Seperti yang tertulis di kitab Matius 19:16-22, si orang muda yang akhirnya menyesal untuk mengikut Yesus karena harus menjual hartanya sebab banyak hartanya. Ada banyak orang hari ini berpikir bahwa urusan surga itu urusan nanti kalau sudah tua dan sudah tidak butuh apa-apa dan sudah tidak bisa apa-apa.
 Hari ini Banyak orang takut menghadapi kematian fisik sementara tidak takut menghadapi kematian roh atau kematian kekal alias hukuman neraka. orang lebih takut kehilangan harta di dunia daripada harta di Surga. Banyak orang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya ketika akan lahir ke dunia, sementara tidak pernah berpikir mempersiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya di Surga (Pkh.7:2).
2. Bapa lebih dulu merindukan kita (ayat 3). Bapa yang berinisiatif lebih dulu untuk mempersiapkan tempat bagi kita dan merindukan berkumpul kembali dengan umat yang dikasihi-Nya (Yoh.14:3, 2 Kor.5:5). Jika Bapa sendiri yang menyediakan tempat bagi kita dan rindu menjemput kita serta membawa kita kembali ke rumah-Nya, mengapa banyak orang percaya tidak pernah berpikir atau merindukan-Nya? Jawabnya karena kita tidak pernah memahami dengan baik tentang Surga itu sendiri. Kita malah bertanya dimanakah Surga itu berada? Dan bagaimana suasana Surga itu?
Bapa sendiri mengatakan bahwa Surga adalah tempat dimana Yesus berada. Dan suasana Surga keindahannya tidak dapat dilukiskan oleh manusia. Dan Petrus sendiri pernah mencicipi suasana Surga itu (Mat.17:4).
Kita harus merindukan Surga, seperti ketika kita masih kecil dan kita besok pagi akan pergi ke sebuah tempat rekreasi yang sangat bagus dan tentu semalam kita tidak bisa tidur karena ingin cepat-cepat melihat dan bersuka ria di tempat yang indah tersebut. Harusnya Kerinduan kita akan Rumah Bapa seperti itu, amin.!
3. Bapa telah menunjukkan jalan-Nya (ayat 4). Bapa kita bukanlah Bapa yang tidak bertanggung jawab (Yoh.14:4). Kalau Bapa sudah menyelamatkan kita dari jurang maut maka Bapa jugalah yang dengan jelas menunjukkan jalan kemana kita pergi dan bagaimana caranya untuk kita bisa sampai di tempat di mana Bapa berada. Dan jalannya adalah iman kepada Yesus (Yoh.14:6). Oleh sebab itu janganlah kita tersesat tetapi turutilah apa yang menjadi perintah-Nya sehingga kita menerima hidup yang kekal (Mal.3:6). Amin!












14/5/17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menabur Akan Menuai (Matius 13)

30,60,100 kali lipat BUKAN KEUNTUNGAN yang diperoleh dari apa yang dilakukan(ITU SESAT), MELAINKAN hidup yang menghasilkan kebenaranNya/firm...