RINDUAN
PULANG KERUMA BAPA
Ada sebuah budaya di Indonesia
ketika libur lebaran dating yaitu Mudik. Libur lebaran biasanya bagi kebanyakan
orang Indonesia adalah peristiwa yang dinanti-nantikan. Rela sempit-sempitan,
rela bayar 2 sampai 3 kali lipat tiket, rela tukar uang baru walaupun kena cas.
Kenapa?
Satu alas an mereka rindu pulang kerumah, mereka rindu pulang kekampung halaman
mereka. Bukankah kita juga disini banyak yang anak rantau. Sewaktu kita sudah
disini, biasanya kita kepikiran kampong halaman, oh..seandainya saya ada dikampung
halaman pasti berbeda suasananya. Disini susanya setengah mati, kalau dikampung
halaman kita pasti lebih terjaminlah disana.
Di
dalam iman Kristen, kita sebetulnya memahami hal yang mirip-mirip dengan itu,
kita tahu dan sadar bertul bahwa rumah kita bukan disini. Disini kita hanya
numpan lewat saja, singgah untuk sementara waktu.
Saya ingat cerita tentang turis yang
bertamu kerumah seorang terkenal bijak. Turis itu bingung, karena rumah orang
bijak itu tidak ada apap-apa didalamnya. “Loh, kemana barang-barangmu pak?”
Orang bijak itupun bertanya kepada turis itu, “Kamu sendiri mana
barang-banrangmu?, Kata turis itu “Ah sayakan Cuma mampir sebentar pak”, Saya
juga begitu, kata orang bijak itu.
Coba kita dengar apa yang Tuhan
katakana tentang rumah kita yang sebenarnya: Yohanes
14:1-4
Frasa
ini tentu berbicara tentang kematian seorang percaya secara fisik dan rohnya
kembali kepada Bapa dengan tubuh kemuliaan Surgawi. Mungkin tak banyak dari
antara kita yang senang berpikir tentang kematian, sebab berbicara kematian ini
membawa pengertian kepada setiap orang tentang keadaan yang menyedihkan atau
mengerikan, bahkan sebagian orang tidak mau dan takut untuk membicarakan
kematian sebab hal ini akan selalu membawa dukacita.
Secara
alami orang takut akan hal yang mereka tidak diketahui. Ada orang yang tidak
pernah peduli atau masa bodoh dengan kematian. Sebab mereka beranggapan bahwa
kematian itu urusan nanti. Sehingga orang-orang yang memiliki pengertian
demikian, mereka tidak akan pernah menghargai hidup atau hidup seenaknya dan
semaunya sendiri. Rasul Paulus berkata: 2 Kor.5:9-10. Ketika kita berpikir
tentang Surga atau kekekalan maka kita akan mempergunakan hidup kita dengan
baik agar berkenan kepada Tuhan sehingga kita beroleh pahala dalam kekekalan. Rasul
Paulus sesungguhnya adalah orang yang sudah merindukan untuk pulang ke Surga
ketika masih hidup. Tetapi berhubung Paulus masih dipercayakan Tuhan untuk melayani
jemaat di Filipi maka Paulus ditambahkan umurnya (Flp.1:23-24).
Pengertian
dalam Alkitab, kematian adalah awal dari sebuah kehidupan dengan disertai tubuh
yang diperbaharui atau tubuh kemuliaan bukan tubuh yang lain (1 Kor.15:42-44). Mengapa kita harus
memiliki kerinduan untuk pulang ke Surga?
1. Rumah kita bukan di dunia tetapi di
Surga (ayat 2). Setiap kita harus
menyadari bahwa tempat hidup kita bukan di dunia ini tetapi di Surga (Yoh.
14:2). Karena dosalah yang menjadikan umat manusia tinggal di dunia yang penuh
penderitaan, tetapi Bapa dengan kasih-Nya melalui pengorbanan Yesus dikayu
salib untuk pemulihan hidup umat-Nya agar kembali ke tempat di mana Bapa
tinggal. (2 Kor.5:1) Jadi janganlah
hidup kita hanya terfokus kepada dunia ini tetapi arahkanlah pandangan mata
kita kepada perkara yang diatas di atas. Berkat yang dijanjikan Tuhan kepada
kita bukan bertujuan supaya kita bahagia, aman di dunia, tetapi berkat itu hanya sebagai fasilitas
selama kita hidup menumpang di dunia LB3 (Mat.6:21).
Mengapa
sebagian besar anak muda tidak pernah berpikir dan tertarik tentang Surga?
Kalau mereka beribadah,itu hanya sekedar senang dengan suasana di gereja saja.
Mengapa sebagian besar anak muda tidak pernah berfikir dan tertarik tentang
surga, hal ini karena urusan Surga akan menuntut kesenangan duniawi mereka yang
harus dikorbankan dan mulai serius dengan Tuhan. Seperti yang tertulis di kitab
Matius 19:16-22, si orang muda yang akhirnya menyesal untuk mengikut Yesus
karena harus menjual hartanya sebab banyak hartanya. Ada banyak orang hari ini berpikir
bahwa urusan surga itu urusan nanti kalau sudah tua dan sudah tidak butuh
apa-apa dan sudah tidak bisa apa-apa.
Hari ini Banyak orang takut menghadapi
kematian fisik sementara tidak takut menghadapi kematian roh atau kematian
kekal alias hukuman neraka. orang lebih takut kehilangan harta di dunia
daripada harta di Surga. Banyak orang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya
ketika akan lahir ke dunia, sementara tidak pernah berpikir mempersiapkan diri
untuk kehidupan selanjutnya di Surga (Pkh.7:2).
2. Bapa lebih dulu merindukan kita
(ayat 3). Bapa yang berinisiatif
lebih dulu untuk mempersiapkan tempat bagi kita dan merindukan berkumpul
kembali dengan umat yang dikasihi-Nya (Yoh.14:3, 2 Kor.5:5). Jika Bapa sendiri
yang menyediakan tempat bagi kita dan rindu menjemput kita serta membawa kita
kembali ke rumah-Nya, mengapa banyak orang percaya tidak pernah berpikir atau
merindukan-Nya? Jawabnya karena kita tidak pernah memahami dengan baik tentang
Surga itu sendiri. Kita malah bertanya dimanakah Surga itu berada? Dan
bagaimana suasana Surga itu?
Bapa
sendiri mengatakan bahwa Surga adalah tempat dimana Yesus berada. Dan suasana
Surga keindahannya tidak dapat dilukiskan oleh manusia. Dan Petrus sendiri
pernah mencicipi suasana Surga itu (Mat.17:4).
Kita
harus merindukan Surga, seperti ketika kita masih kecil dan kita besok pagi
akan pergi ke sebuah tempat rekreasi yang sangat bagus dan tentu semalam kita
tidak bisa tidur karena ingin cepat-cepat melihat dan bersuka ria di tempat
yang indah tersebut. Harusnya Kerinduan kita akan Rumah Bapa seperti itu,
amin.!
3. Bapa telah menunjukkan jalan-Nya
(ayat 4). Bapa kita bukanlah Bapa
yang tidak bertanggung jawab (Yoh.14:4). Kalau Bapa sudah menyelamatkan kita
dari jurang maut maka Bapa jugalah yang dengan jelas menunjukkan jalan kemana
kita pergi dan bagaimana caranya untuk kita bisa sampai di tempat di mana Bapa
berada. Dan jalannya adalah iman kepada Yesus (Yoh.14:6). Oleh sebab itu janganlah kita tersesat tetapi turutilah
apa yang menjadi perintah-Nya sehingga kita menerima hidup yang kekal
(Mal.3:6). Amin!
14/5/17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar