Senin, 29 Mei 2017

Ketaatan yg Radikal

Tak jarang, dm kebaikan sdr yg lemah imannya, qta hrs memenjarakan kebebasan qta. Sbg contoh a/ apa yg Paulus nasihatkan kpd jemaat di Roma yg memiliki kebebasan makan makanan apa saja. Ttp krn ada sdr yg lemah iman & berkeyakinan bhw ada makanan yg tdk kosher. Makan makanan yg tdk kosher dpt menyakiti hati sdr qta. Apa yg qta perbuat itu dpt menj bahan hujatan krn dianggap tlh menista keyakinan sdr yg lemah imannya. Dg menimbang hal penghujatan ini, Paulus menasihatkan qta utk "mengalah", yaitu dg "memenjarakan" kebebasan qta. Apakah qta mau melakukan nasihat Paulus ini?

Ada alasan lain yg lbh prinsipiil, mengapa qta hrs "memenjarakan" kebebasaan qta. Apakah ada yg mau tau alasan yg lbh prinsinpiil itu? Mau tau atau mau tau bingitzzz? Hehehe.

Paulus berkata: "Sbb Kerajaan Allah bukanlah soal makanan & minuman, ttp soal kebenaran, damai sejahtera & sukacita o/ Roh Kudus" (Rm 14:17). Kata "sbb" (γάρ, gar) menunjukkan alasan itu. Per-tama2, ia mengatakan bhw KA bukan soal makan & minum. Apa itu "KA?" KA a/ pemerintahan Allah yg penuh anugerah melalui Yesus Kristus & o/ Roh Kudus atas hidup org percaya yg membawa keselamatan cuma2 & yg menuntun ketaaan yg radikal. Wow, hebat banget definisinya! Ya, benar, hebat definisinya, tp itu bukan definisi sy. Sy hanya minjem & menyetujuinya.

Pendek kata, KA a/ pemerintahan Allah yg membawa keselamatan cuma2. Nah, yg menj soal a/ krn kebebasan qta, apakah qta sbg warga KA "tega" membiarkan sdr qta binasa (Rm 14:15). Wong KA itu menyelamatkan, lha kok qta sbg warganya malahan membinasakan. Yg plg penting itu a/ karya KA  itu menyelamatkan. Titik. Jk makanan yg qta makan dpt "membinasakan" warga lain yg lemah imannya, jauh lbh lain mari dg didasari kasih qta penjarakan saja kebebasan tsb. Mau? Hehehe. Bersedia? Hahaha. Rela? Xixixi. Intinya, apakah qta punya kasih yg rela berkorban dg keselamatan sdr qta? Jk Yesus memenjarakan kebebasan-Nya, qta hrs taat secara radikal, lho. Apakah qta tau ttg ketaatan radikal ini? Pdt. Stefano Ambesa

Nasib Atau Takdir?

Apa betul Taurat mengandung banyak simbol (the bible code) terutama mengungkap sejarah masa depan? Atau ini hanya teori konspirasi Yahudi? Seperti kematian Jhon F. Kennedy, Putri Diana, dll. Ini kebetulan atau lebih dari kebetulan?

Jika ini benar bagaimana dengan konsep calvinisme terutama mengusung soal teologi predestinasi, sepertinya semua sudah ditentukan? Semua sudah ditentukan atau semua sudah diketahui? Takdir atau tanggung jawab? Apa ini berarti apa yg ditulis oleh Musa bukan saja inspirasi tapi langsung di dikte oleh Allah hal2 yang ditulis?

Apa dengan mengabaikan ini akan menuai bencana lebih banyak? Tapi kalo menyikapinya bukankah nanti di anggap konyol. Yang pasti saya pingin dapat Bible Codes softwere, ada yg punya kah? (Tanya Dr. E. Rips)

Saya teringat peristiwa penyerangan pesawat Japan ke Pearl Herbor pada minggu pagi tahun 1941 (napa hari minggu soalnya hari libur pada tidur). Menurut sejarah katanya ada seorang prajurit telah mengetahui satu minggu sebelum penyerangan itu terjadi. Prajurit itu telah memecahkan kode percakapan lewat signal radio pemancar. Namun ketika dilaporkan ke atasannya, terkesan ditanggapi kurang serius alias tidak percaya. Apakah atasannya tidak percaya dan hipotesa prajurit tersebut dianggap konyol? Ataukah dikalangan elit perwira tinggi bahwa penyerangan itu sudah diketahui? Sebab ketika penyerangan itu terjadi maka Amerika punya alasan untuk ikut dalam percaturan perang dunia ke 2 saat itu. Tapi masakan rela mengorbankan 2400 prajurit tewas dan 1000an lebih luka2?

Yang pasti jangan abaikan masa depan hidup kita. Jangan percaya nasib dan takdir. Manusia punya hak dan tanggung jawab untuk mengupayakan hidup ini jauh lebih baik. Tapi di sisi lain ada penyertaan Roh Kudus yang akan memimpin setiap orang percaya untuk menjadi manusia yang serupa dan segambar dengan Allah. Doni Candra. M.Th

Kamis, 18 Mei 2017

RUMAH BAPA



RINDUAN PULANG KERUMA BAPA
Ada sebuah budaya di Indonesia ketika libur lebaran dating yaitu Mudik. Libur lebaran biasanya bagi kebanyakan orang Indonesia adalah peristiwa yang dinanti-nantikan. Rela sempit-sempitan, rela bayar 2 sampai 3 kali lipat tiket, rela tukar uang baru walaupun kena cas.
            Kenapa? Satu alas an mereka rindu pulang kerumah, mereka rindu pulang kekampung halaman mereka. Bukankah kita juga disini banyak yang anak rantau. Sewaktu kita sudah disini, biasanya kita kepikiran kampong halaman, oh..seandainya saya ada dikampung halaman pasti berbeda suasananya. Disini susanya setengah mati, kalau dikampung halaman kita pasti lebih terjaminlah disana.
            Di dalam iman Kristen, kita sebetulnya memahami hal yang mirip-mirip dengan itu, kita tahu dan sadar bertul bahwa rumah kita bukan disini. Disini kita hanya numpan lewat saja, singgah untuk sementara waktu.
Saya ingat cerita tentang turis yang bertamu kerumah seorang terkenal bijak. Turis itu bingung, karena rumah orang bijak itu tidak ada apap-apa didalamnya. “Loh, kemana barang-barangmu pak?” Orang bijak itupun bertanya kepada turis itu, “Kamu sendiri mana barang-banrangmu?, Kata turis itu “Ah sayakan Cuma mampir sebentar pak”, Saya juga begitu, kata orang bijak itu.
Coba kita dengar apa yang Tuhan katakana tentang rumah kita yang sebenarnya:  Yohanes 14:1-4
Frasa ini tentu berbicara tentang kematian seorang percaya secara fisik dan rohnya kembali kepada Bapa dengan tubuh kemuliaan Surgawi. Mungkin tak banyak dari antara kita yang senang berpikir tentang kematian, sebab berbicara kematian ini membawa pengertian kepada setiap orang tentang keadaan yang menyedihkan atau mengerikan, bahkan sebagian orang tidak mau dan takut untuk membicarakan kematian sebab hal ini akan selalu membawa dukacita.
Secara alami orang takut akan hal yang mereka tidak diketahui. Ada orang yang tidak pernah peduli atau masa bodoh dengan kematian. Sebab mereka beranggapan bahwa kematian itu urusan nanti. Sehingga orang-orang yang memiliki pengertian demikian, mereka tidak akan pernah menghargai hidup atau hidup seenaknya dan semaunya sendiri. Rasul Paulus berkata: 2 Kor.5:9-10. Ketika kita berpikir tentang Surga atau kekekalan maka kita akan mempergunakan hidup kita dengan baik agar berkenan kepada Tuhan sehingga kita beroleh pahala dalam kekekalan. Rasul Paulus sesungguhnya adalah orang yang sudah merindukan untuk pulang ke Surga ketika masih hidup. Tetapi berhubung Paulus masih dipercayakan Tuhan untuk melayani jemaat di Filipi maka Paulus ditambahkan umurnya (Flp.1:23-24).
Pengertian dalam Alkitab, kematian adalah awal dari sebuah kehidupan dengan disertai tubuh yang diperbaharui atau tubuh kemuliaan bukan tubuh yang lain (1 Kor.15:42-44). Mengapa kita harus memiliki kerinduan untuk pulang ke Surga?
1. Rumah kita bukan di dunia tetapi di Surga (ayat 2). Setiap kita harus menyadari bahwa tempat hidup kita bukan di dunia ini tetapi di Surga (Yoh. 14:2). Karena dosalah yang menjadikan umat manusia tinggal di dunia yang penuh penderitaan, tetapi Bapa dengan kasih-Nya melalui pengorbanan Yesus dikayu salib untuk pemulihan hidup umat-Nya agar kembali ke tempat di mana Bapa tinggal. (2 Kor.5:1) Jadi janganlah hidup kita hanya terfokus kepada dunia ini tetapi arahkanlah pandangan mata kita kepada perkara yang diatas di atas. Berkat yang dijanjikan Tuhan kepada kita bukan bertujuan supaya kita bahagia, aman di dunia,  tetapi berkat itu hanya sebagai fasilitas selama kita hidup menumpang di dunia LB3 (Mat.6:21).
Mengapa sebagian besar anak muda tidak pernah berpikir dan tertarik tentang Surga? Kalau mereka beribadah,itu hanya sekedar senang dengan suasana di gereja saja. Mengapa sebagian besar anak muda tidak pernah berfikir dan tertarik tentang surga, hal ini karena urusan Surga akan menuntut kesenangan duniawi mereka yang harus dikorbankan dan mulai serius dengan Tuhan. Seperti yang tertulis di kitab Matius 19:16-22, si orang muda yang akhirnya menyesal untuk mengikut Yesus karena harus menjual hartanya sebab banyak hartanya. Ada banyak orang hari ini berpikir bahwa urusan surga itu urusan nanti kalau sudah tua dan sudah tidak butuh apa-apa dan sudah tidak bisa apa-apa.
 Hari ini Banyak orang takut menghadapi kematian fisik sementara tidak takut menghadapi kematian roh atau kematian kekal alias hukuman neraka. orang lebih takut kehilangan harta di dunia daripada harta di Surga. Banyak orang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya ketika akan lahir ke dunia, sementara tidak pernah berpikir mempersiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya di Surga (Pkh.7:2).
2. Bapa lebih dulu merindukan kita (ayat 3). Bapa yang berinisiatif lebih dulu untuk mempersiapkan tempat bagi kita dan merindukan berkumpul kembali dengan umat yang dikasihi-Nya (Yoh.14:3, 2 Kor.5:5). Jika Bapa sendiri yang menyediakan tempat bagi kita dan rindu menjemput kita serta membawa kita kembali ke rumah-Nya, mengapa banyak orang percaya tidak pernah berpikir atau merindukan-Nya? Jawabnya karena kita tidak pernah memahami dengan baik tentang Surga itu sendiri. Kita malah bertanya dimanakah Surga itu berada? Dan bagaimana suasana Surga itu?
Bapa sendiri mengatakan bahwa Surga adalah tempat dimana Yesus berada. Dan suasana Surga keindahannya tidak dapat dilukiskan oleh manusia. Dan Petrus sendiri pernah mencicipi suasana Surga itu (Mat.17:4).
Kita harus merindukan Surga, seperti ketika kita masih kecil dan kita besok pagi akan pergi ke sebuah tempat rekreasi yang sangat bagus dan tentu semalam kita tidak bisa tidur karena ingin cepat-cepat melihat dan bersuka ria di tempat yang indah tersebut. Harusnya Kerinduan kita akan Rumah Bapa seperti itu, amin.!
3. Bapa telah menunjukkan jalan-Nya (ayat 4). Bapa kita bukanlah Bapa yang tidak bertanggung jawab (Yoh.14:4). Kalau Bapa sudah menyelamatkan kita dari jurang maut maka Bapa jugalah yang dengan jelas menunjukkan jalan kemana kita pergi dan bagaimana caranya untuk kita bisa sampai di tempat di mana Bapa berada. Dan jalannya adalah iman kepada Yesus (Yoh.14:6). Oleh sebab itu janganlah kita tersesat tetapi turutilah apa yang menjadi perintah-Nya sehingga kita menerima hidup yang kekal (Mal.3:6). Amin!












14/5/17

materi Pak smp IX



GEREJA PERDANA HINGGA REFORMASI
2 Raj. 25:1-21; Kis. 11:19-30

Gereja Perdana
Sekitar abad ke-8 sebelum Masehi diluar Palestina sudah ada kelompok-kelompok Yahudi yang disebut “diaspora” (terpencar-pencar). Di lingkungan itu ada pula kelompok bukan Yahudi yang masuk atau menganut agama Yahudi. Mereka disebut kaum “proselit”.
Pada paro kedua abad pertama, agama Kristen mulai tersebar ke Eropa Barat dan Asia Tengah. Penggerak utamanya adalah Rasul Paulus dan teman-teman. Kis. 11:19-30, mencatat bahwa gereja telah berkembang sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia. Jemaat-jemaat baru ini ini kemudian menyebarkan Injil itu ke berbagai tempat lainnya sampai akhirnya tersebar juga ke Mesir melalui jalur perdagangan.

Gereja dan Tantangannya
Dalam perkembangannya, munculah ajaran-ajaran yang menentang kekristenan, yakni:
a.      Gnostik adalah istilah bagi suatu aliran kepercayaan yang sezaman dengan kemunculan kekristenan. Secara umum ajarannya menyatakan bahwa dunia ini jahat dan bukan ciptaan Allah, tetapi ciptaan makhluk lain, mereka memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang iman Kristen yang mampu membawa orang kepada kebenaran yang sempurna. Untuk menghadapi kaum gnostik, gereja menetapkan 3 asas, yakni:
1)      Kanon, yaitu patokan mengenai kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diterima sebagai dasar iman gereja.
2)      Pengakuan iman, yaitu ajaran resmi gereja sebagai pegangan bagi setiap jemaat dalam membangun imannya (pelajari khusus tentang pengakuan iman rasuli).
3)      Jabatan uskup, untuk menjaga ajaran gereja yang benar.
b.      Marcion yang mengajarkan bahwa Allah Perjanjian Lama itu kejam dan lebih rendah derajatnya. Allah dalam Perjanjian Baru adalah benar, mahabaik dan penuh kasih yang mengutus Yesus ke dunia ini. Marcion menetapkan kanon sendiri, yakni 11 surat yang dianggap ditulis Paulus dan Injil Lukas. Kitab-kitab lain, sebagaimana yang kita kenal sekarang, dibuang.
c.       Montanisme yang mengajarkan bahwa Yesus akan datang untuk ke 2 kalinya di Yerusalem baru yaitu, di Frigia (Asia Kecil). Montanisme melarang pengikutnya menikah 2 kali dan mewajibkan mereka berpuasa pada hari-hari tertentu, serta mendorong mereka untuk mati syahid jika gereja menghadapi penghambatan.
Gereja Perdana juga menghadapi hambatan yang dilakukan Negara karena orang Kristen menolak menyembah patung kaisar. Itu antara lain terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Nero (tahun 54-68), Kaisar Decius (kira-kira tahun 250) dan Kaisar Diocletianus (kira-kira tahun 300). Orang Kristen disiksa namun tidak gentar, bahkan ada yang rela menjadi martir (mati syahid) demi imannya kepada Kristus. Para martir itu antara lain Ignatius (uskup Antiokhia), Polikarpus (uskup Smirna), Yustinus Martir dan Tertulianus. Pemerintah tidak berhasil memusnahkan gereja demi Negara, sebaliknya pemerintah meminta dukungan gereja. Gereja diberi kebebasan penuh. Itu tantangan dari luar. Gereja juga menghadapi tantangan dari dalam berkaitan dengan ajaran-ajarannya, yakni upaya untuk menjelaskan siapa Yesus serta mengenai kemanusiaan dan ke-Allah-an Yesus.

Gereja Abad Pertengahan
Setelah Kekaisaran Romawi Barat runtuh di Eropa muncul kerajaan-kerajaan baru, misalnya Kekaisaran Jerman, Inggris dan Prancis. Uniknya, selain sebagai kepala Negara, para raja baru ini juga menganggap diri mereka sebagai kepala gereja. Akibatnya dalam nbanyak hal para raja tersebut cukup jauh mencampuri urusan gereja; misalnya raja dapat mengangkat dan memberhentikan uskup, bahkan paus. Akhirnya muncul unsure politis dalam gereja. Hal ini terjadi kira-kira tahun 500-1000 Masehi. Sesudah tahun 1000 Masehi para paus mulai menentang campur tangan para kaisar dan raja atas gereja. Pemilihan uskup bukan lagi wewenang mereka tapi tugas para rohaniwan dan umat setempat.

      Gerakan Pembaharuan (Reformasi) di dalam Gereja
Gerakan pembaharuan pun muncul, misalnya yang dipelopori Petrus Waldens, wyclif dan Yohanes Huns, yang mengkritik gereja karena memupuk kekayaan dan kekuasaan pejabat gereja.
Martin Luther melakukan gerakan pembaruan yang radikal, karena ia melihat banyak penyimpangan digereja. Ketika melihat ke kota Roma (th 1510) ia melihat kemerosotan penghayatan nilai-nilai kristiani di kota itu, terutama di kalangan para kleus (imam dan uskup). Puncak kekecewaan Luter terjadi ketika surat penghapus siksa dijual demi uang (hasilnya untuk membangun Gereja Santo Petrus yang megah di kota Roma). Untuk memperbaiki kondisi gereja yang memburuk itu, Luter menulis 95 dalil lalu ditempelkannya di pitnu gereja di Wittenberg, pada tanggal 31 Oktober 1517. Itulah hari lahir gerakan reformasi. Tokoh pembaruan lainnya adalah Ulrich Zwingli dari Swis.
Tokoh besar pembaruan di dalam gereja adalah Yohanes Calvin. Berbagai pandangan teologisnya dituangkan dalam karyanya yang terkenal berjudul Institutio (Pengajaran Tentang Agama Kristen). Calvin antara lain mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman, sama seperti Luter, dan menekankan tentang kesucian orang Kristen sebagai wujud ungkapan syukur atas karya keselamatan Allah. Pada abad ke 18 di Inggris (John Wesley – sebagai pelopor) dan Amerika muncul gerakan Revivalisme (kebangunan kembali), yang mendorong setiap orang Kristen memperbaiki penghayatan imannya.

Catatan: Revivalisme      ----  suatu gerakan yang berusaha membangkitkan semangat baru di dalam diri setiap orang Kristen untuk memperbaiki penghayatan imannya.
Pietisme           ----      gerakan yang menekankan kesalehan pribadi.







PENGAKUAN IMAN RASULI

Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal Tuhan kita,
yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,
yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus,
di salibkan, mati dan di kuburkan, turun ke dalam kerajaan maut,
pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati,
naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa,
dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus; Gereja yang kudus dan am; pengampunan dosa; kebangkitan daging;
dan hidup yang kekal.



Materi Pak smp ix



GEREJA DAN AWAL TERBENTUKNYA
Kisah Para Rasul 2

A.      Arti Gereja
1.       Kata Gereja diambil alih dari kata igreja (bahasa Portugis), yang berasal dari kata Yunani Ekklesia artinya “dipanggil keluar.” Orang yang pertama kali dipanggil keluar adalah murid-muridNya yakni Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas, dan lain-lain (Matius 4:18-22)
2.       Selain kata Eklesia ada kata lain dalam bahasa Yunani yang artinya Gereja yaitu Kuriakon berarti Rumah Tuhan. Jadi Kuriakon lebih menunjuk kepada sebuah Gedung tempat orang beribadah.
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan 2 hal:
1.       Gereja adalah gedung atau tempat beribadah umat Kristen
2.       Gereja adalah pribadi-pribadi yang dipanggil oleh Allah untuk menyatukan diri dalam persekuatuan, persekutuan yang memberitakan kabar baik.
       Jadi Gereja adalah setiap orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju pada terang   Kristus

B.      Awal Terbentuknya Gereja
-          Jaun sebelum kebangkitan dan kenaikannya kesurga, Yesus sebenarnya sudah memanggil sekelompok murid dan memilih dari antara mereka 12 orang menjadi rasul. Kelompok para murid inilah yang kemudian menjadi penggerak pertama lahirnya gereja di Yerusalem.
-          Gereja pertama lahir pada saat yang sama dengan perayaan pentakosta. Saat itu pentakosta dirayakan sebagai hari raya umat Yahudi untuk mengungkapkan syukur atas hasil panen. Hari raya itu disebut juga hari raya pengumpulan hasil (Kel 23:16). Dalam Perjanjian Lama pantekosta dirayakan 7 minggu atau 50 hari setelah panen.
-          Alkitab mencatat murid berkumpul pada hari pentakosta sambil menantikan janji Tuhan. Janji itu digenapi melalui pencurahan Roh Kudus atas para muris-murid lainnya.

C.      Tugas Panggilan Gereja
1.       Bersekutu (Koinonia)
Dalam ikatan persekutuan dengan Tuhan Yesus kita diberdayakan untuk saling mengasihi, menghibur, menguatkan, berbagi, dan memuliakan Allah.
2.       Bersaksi (Marturia)
Kita bersaksi bahwa Injil adalah kabar sukacita, sebab injil berisi tentang Allah yang menyelamatkan dan memperdamaikan segala sesuatu didalam diri Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat.
3.       Melayani (Diakonia)
Melayani berarti mempergunakan segenap hidup kita bagi kemuliaan Allah.
a.       Pelayanan kepada Allah bukan dilakukan demi mendapatkan pahala atau balasan, melainkan sebagai ungkapan syukur kepadanya yang telah mengasihi dan menyelamatkan kita.
b.      Pelayanan kepada Allah itu kita diwujudkan juga kepada sesame dan lingkungan
c.       Sifat pelayanan kita itu ditujukan kepada semua orang tanpa memandang suku, agama, ras, etnis, golongan, usia, gender atau status social.
d.      Palayanan kita tertuju pada Alam sekitar. Dimana Allah memberikan mandate kepada kita untuk mengusahakan dan memelihara Alam secara bertanggung jawab.
4.       Mengajar (Didaskalia)
Mengajar adalah kegiatan yang ditugaskan oleh Tuhan sendiri pada gerejanya agar warganya bertumbuh menjadi dewasa sesuai dengan kepenuhan Kristus. Inti pengajaran gereja adalah undangan Allah bagi manusia untuk bertobat dan memperbaharui diri seturut dengan kehendaknya.

Menabur Akan Menuai (Matius 13)

30,60,100 kali lipat BUKAN KEUNTUNGAN yang diperoleh dari apa yang dilakukan(ITU SESAT), MELAINKAN hidup yang menghasilkan kebenaranNya/firm...